Jumat, 20 September 2019

Konsep Worldview (pimpin.web.id)

https://pimpin.web.id/2015/02/28/konsep-worldview/#.XYWMgqRR3IU

Dewasa ini banyak kajian modern yang mencoba memahami Islam hanya sebatas agama, bukan sebagai pandangan hidup. Walhasil, Islam yang tadinya mencakup seluruh aspek kehidupan, yang kaya akan konsep-konsep seperti konsep tentang Tuhan, kehidupan, manusia, direduksi menjadi aspek ritual ibadah saja. Tidak boleh ada agama dalam pendidikan, politik, seni,  dan lain lain. Agama cukup disimpan di masjid. Jelas, pemikiran seperti ini lahir karena cara pandang (worldview) yang digunakan bukan cara pandang Islam. Worldview memegang peranan penting dalam menentukan pemikiran seseorang. Pemikiran ini yang kemudian mendasari tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika di level pemikiran sudah tidak benar, maka ada kemungkinan tindakannya akan ikut terpengaruhi. Lantas apa yang dimaksud dengan worldview?

Mari mengambil contoh yang sederhana. Bagaimana memilih pakaian, sesungguhnya terkandung konsep worldview di dalamnya. Ada yang mendasarkan pada adat istiadat, standar kepantasan manusia atau menurut batasan syar'i. Ada konsep yang membuat seseorang melakukan standarisasi, itulah yang disebut worldview, meskipun ia sendiri tidak mengerti definisi worldview tersebut. Seperti ungkapan Dr. Syamsudin Arif, untuk melakukan sekulerisasi, orang tidak harus paham apa itu sekulerisme, tapi untuk menghadang sekulerisme orang harus paham sekulerisasi. Contoh lain tentang jodoh, ada worldview-nya. Kata Rasul, wanita dinikahi karena empat hal: harta, kecantikan, nasab, agama. Menurut redaksi hadistnya, pilihlah karena agamanya. Ini bukan kriteria tapi prioritas. Contoh lagi terkait dengan kebahagiaan. Apakah bahagia itu karena uang, atau spiritualitas saja? Kalau kita menghadapi masalah, tidak lulus ujian misalnya, lantas depresi dan merasa paling menderita sedunia, berarti ada yang salah dengan konsep kebahagian kita.


Konsep worldview ini juga akan sangat menentukan pandangan kita tentang makna hidup. Menurut Barat, manusia ada terlebih dahulu, baru kemudian mencari arti hidup. Existence precede essence, eksistensi mendahului esensi. Sedangkan dalam Islam, tujuan hidup kita sudah ditentukan, yakni untuk beribadah kepada Allah, jadi esensi mendahului eksistensi. Sejak berada di alam ruh, manusia sudah mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya, saat ditanya "alastu birobbikum" dan menjawab “qolu balaa syahidna”. Jadi mengapa orang memilih sesuatu, ditentukan oleh sekumpulan konsep yang ada di pikirannya baik disadari ditanamkan atau tidak sadar tertanam.


Menurut Ninian Smart, worldview  adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral”. Sedangkan Thomas F Wall mengemukakan bahwa worldview adalah sistem kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri kita, realitas, dan tentang makna eksistensi (An integrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence).1. Prof. Alparslan dalam bukunya The Framework for a history of Islamic philosophy menyatakan bahwa, “worldview is the foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview2. Beliau mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktifitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup.


Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh Ust.Hamid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains, hakekat worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm Shift) Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung Revolution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan metodologi-metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework konseptual yang diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara  suatu peradaban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor penting dalam aktifititas penalaran manusia3.


Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam islam. Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.


Manurut al-Mawdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.4


Shaykh Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah  (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal. Iman kepada hal-hal yang ghaib……..itu  berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.5 Sayyid Qutb mengartikan al-tasawwur al-Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu.6 Al-Attas mengartikan worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud)7


Pandangan-pandangan tersebut telah cukup merefleksikan apa yang disebut dengan pandangan hidup islam. Hanya para ulama berbeda fokus dalam pelaksanaannya. Ada yang lebih menekankan pada politik, ideologi, atau metafisik dan epistimologis.


Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu pengetahuan. Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada wahyu.


Elemen-elemen worldview


Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview atau pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang pembahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut bersifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,


It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important element in any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to believe that there is a plan and a meaning of life, ……if we are consistent, we will also believe that the source of moral value is not just human convention but divine will and that God is the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be of more than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural world. …….if on the other hand, we believe that there is no God and that there is just this one world, what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature of ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility and so on.” 8


Kepercayaan terhadap Tuhan sangat penting, mungkin elemen yang terpenting dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa Tuhan itu wujud, maka kita  tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna hidup….jika kita konsisten, kita juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah hanya sekedar kesepakatan manusia tapi kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah nilai Tertinggi. Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu pengetahuan itu lebih dari apa yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi  –  dunia supranatural. …..jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan bahwa yang ada hanya  dunia ini, maka  demikian pulalah kira-kira yang akan kita percayai tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul standar moralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.


Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.


Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an), Konsep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll.9 Disini Prof. al-Attas menekankan pada pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik dan menyeluruh. Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang karakteristik pandangan hidup Islam sebagai berikut.


Dalam pandangan hidup Islam, realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kepada kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan yang tidak nampak (invisible world).

Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (integral). Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam menggunakan metode yang tidak dikotomis, yang membedakan antara obyektif dan subyektif, historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.

Pandagan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh agama (din) dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan hidup Islam telah sempurna dan dewasa sejak lahir

Elemen-elemen pandangan hidup Islam menentukan bentuk perubahan (change), perkembangan (development) dan kemajuan (progess) dalam Islam. Elemen-elemen dasar ini berperan sebagai tiang pemersatu yang meletakkan sistim makna, standar tata kehidupan dan nilai dalam suatu kesatuan sistim yang koheren dalam bentuk worldview

Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu konsep tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun kesamaan-kesamaan beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam dan agama lain tidak kemudian berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal seperti yang diserukan oleh kelompok yang mengusung ide Transendent Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya berbeda.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam adalah Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam (wordview) yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih dalam mengenai The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep kunci dalam pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework  pemikiran setiap muslim. Dengan demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai dengan pandangan hidup Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau sebaliknya membahayakan keimanan. (Linoharsih Khaerunnisa/PIMPIN)


Referensi:


Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, a Modern Introduction. Wadsworth, Thomson Learning, Australia, 2001: 532. dalam Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan Hidup Islam. 2013. Artikel. Sumber http://hamidfahmy.com/pandangan-hidup-islam-islamic-worldview

Alparslan Acikgence, "The Framework for A history of Islamic Philosophy", Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civilization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6.)

Hamid Fahmi Zarkasyi, Islam sebagai Pandangan Hidup. Makalah, Daurah Nasional Pembinaan Ilmuwan Islam “Dari Pendidikan Menuju Kebangkitan, Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 3-4 Juli, 2013

Al-Mawdudi, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967) 14, 41. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

Shaykh Atif al-Zayn, al-Islam wa Idulujiyyat al-Insan, Dar al- Kitab al-Lubnani, Beirut, 1989, hal. 13. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

Sayyid Qutb, Muqawwamat al-Tasawwur al-Islami, Dar al-Shuruq, tt. Hal. 41. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

M.N, al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam, An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC, 1995:2

Thomas F Wall, Thinking Critically... [1]

M.N, al-Attas, “The Worldview of Islam, An Outline, Opening Adress”, dalam Sharifah Shifa al-Attas ed. Islam and the Challenge of Modernity, Proceeding of the inaugural Symposium on Islam and the Challenge of Modernity: Historical and Contemporary Context, Kuala Lumpur Agustus, 1-5, 1994, ISTAC, Kuala Lumpur, 1996, hal. 29. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

Rabu, 07 Maret 2018

Muhammad Bin Musa Al Khawarizmi

Muhammad Bin Musa Al Khawarizmi Seorang Ahli Matematika Astronomi Astrologi Dan Geografi

Sumber : http://abulyatama.ac.id/?p=3576
MUHAMMAD bin Musa Al Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma’mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala atau: “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard (“Pemandangan Bumi”;diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Kitab I – Aljabar
Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.
Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif)
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر ) atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x^2 = 40x – 4x^2 disederhanakan menjadi 5x^2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x^2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x^2 + 9 = x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.
Kitab 2 – Dixit algorizmi
Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi (“Seperti kata al-Khawārizmī”), atau Algoritmi de numero Indorum (“al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu”), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind (“Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu”)

Kitab 3 – Rekonstruksi Planetarium
Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.
Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb surat al-Ardh “Buku Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.
Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 – Astronomi
Kampus Corpus Christi MS 283
Buku Zīj al-sindhind (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Buku 5 – Kalender Yahudi
Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd “Petunjuk Penanggalan Yahudi”). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya

Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).
Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.

Biografi Al-Khawarizmi


sumber : https://aliabdussalam.wordpress.com/2012/11/14/al-khawarizmi/
Biografi Al-Khawarizmi
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi dalam bahasa arab “محمد بن موسى الخوارزمي” atau lebih dikenal Al-Khawarizmi lahir sekitar tahun 194H/780M di Khwārizm. Gelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di Barat ialah al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-karismi, al-Goritmi atau al-Gorism.[1]  Nama al-gorism telah dikenali pada abad pertengahan.  Negara Perancis pula al-Gorism  muncul sebagai Augryam atau Angrism.  Negara Inggeris pula ia dikenali sebagai Aurym atau Augrim, dan sekarang Khawarizm adalah sebuah kota Khiva di Uzbekistan Asia Tengah. Al-Khawarizmi wafat sekitar tahun 266H/850M di Bagdad. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal di dunia sebagai ahli matematika, astronomi, astrologi dan geografi dan kartografi. Hampir seluruh hidupnya, diabdikan di Sekolah Kehormatan di Baghdad (Iraq). Saat itu Iraq adalah sebuah imperium dan kekuatan adidaya seperti Amerika sekarang ini.
Bagdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan. Banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Beliau bekerja sebagai dosen di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma’mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani. Dan beliaupun pernah mendapat penghargaan ketika menganggotai baitul hikmah sebagai Ketua Pustakawan al-Makmum dan sebagai wakil delegasi keluar negeri.
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas.  Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja meliputi bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logik, aritmetik, geometri, muzik, kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropah.  Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.  Terbkti dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad.
Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam.  Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia Pelbagai Disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan aljabar dan hisab.  Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.
Pribadi dan Ketokohan Seorang al-Khawarizmi
Setiap tokoh mempunyai sifat ketokohannya yang tersendiri.  Ketokohan al-Khawarizmi dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari bidang matematik dan astronomi.  Namun bidang matematik akan diperjelaskan secara terperinci berbanding astronomi kerana ia melibatkan kajian yang dikaji. Dalam bidang matematik, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar dan hisab.  Beliau banyak menghasilkan karya-karya yang masyhor ketika zaman tamadun Islam.  Antara karya-karya yang  beliau hasilkan ialah ‘Mafatih al-Ulum’.  Sistem nombor adalah salah satu sumbangan dan telah digunakan pada zaman tamadun Islam. Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang dihasilkan.  Antaranya ialah kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian persamaan, teorem segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam geometri.  Masaalah pecahan dan sifat nombor perdana dan teori nombor juga diperkenalkan.  Banyak lagi konsep dalam matematik yang telah diperkenalkan al-khawarizmi sendiri.
Bidang astronomi juga membuatkan al-Khawarizmi dikenali pada zaman tamadun Islam.  Astronomi dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq (pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang). Seawal kurun ketiga lagi lagi, al-Khawarizmi telah menghasilkan dua buah yang salah satu dari padanya telah diterjemahkan ke Bahasa Latin dan memberi pengaruh besar ke atas Muslim dan orang Spanyol dan Kristian. Penggunaan matematik dalam astronomi sebelum tamadun Islam amat sedikit dan terhad.  Ini disebabkan oleh kemunduran pengetahuan matematik yang terhad kepada pengguna aritmetik dan geometri sahaja.
Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa “pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata…. “al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains”.
Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat “The Elements” hasil karya Euklid, geometri dari segi bahasa berasal dari perkataan yunani yaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini dipelajari sejak zaman firaun, 2000 SM. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke 9 M.
Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi yang telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul “Hisab al-Jibra wa al Muqabalah” yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.
Revolusi Al-Khawarizmi
Dunia Eropa/Barat dari dulu sampai dengan sekarang sepertinya mengklaim bahwa Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Eropa/Barat, padahal sejatinya asal Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Timur Tengah yaitu Mesopotamia yang menjadi peradaban tertua di dunia. Dan sumbangan pertama kepada matematika dan astronomi yang diberikan oleh orang-orang Arab adalah pemerkenalan mereka atas sistem bilangan untuk menggantikan penghitungan dengan menggunakan alfabet, yang umum dilakukan di waktu itu.[2] Dan mereka itu sendiri mempelajari ilmu tersebut dari India dan mengadopsinya, India itu sendiri memiliki beberapa bentuk angka, dan orang-orang Arab lebih memilih dua macam, yang pertamaa dikenal dengan sebutan “angka India” yang digunakan hampir di semua negeri-negeri Arab, yang kedua dikenal dengan nama “angka” Ghubariya atau angka-angka debu (1,2,3,4,5 dan seterusnya), angka-angka ini disebut ”angka debu” karena berasal dari debu yang dipercikan orang-orang India ke atas papan kayu sebelum mereka menuliskan angka-angka padanya.
Sistem angka itu sendiri mulai diperkenalkan ke Arab oleh sarjana India bernama Sinhid. Sistem nomor ini telah memainkan peranan yang begitu besar dalam bidang matematik. Tanpa sistem nomor dan angka adalah amat sukar bagi manusia untuk menentukan kuantiti yang difikirkan atau yang diperlukan untuk penjumlahan. Dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menyebut tentang bilangan angka seperti dalam surah an-Nisa ayat-ayat 10, 11 dan 12 membicarakan tentang waris, yang artinya :
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 11. Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[3]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[4], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 12. dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[5]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.(QS. An-Nisa: 10-12)
Ayat tersebut dengan sangat jelas menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan bilangan yang tidak akan lepas dari ranah matematika diantaranya tentang nisf (1/2), rubu (1/4), thuluth (1/3), sudus (1/6) dan thumun (1/8).
Masyarakat Islam melahirkan al-Khawarizmi, dengaan pandagannya dalam algebra, dan perlu diketahui istilah-istilah matematik, logaritma telah dicipta oleh orang Barat yang tidak lain bertujuan bagi mengenang jasa-jasa beliau. Antara buku beliau yang popular ialah al-Ziq 1 & 2, al-Rakhamah dan al-Tarikh. Dan yang paling popular ialah al-Jabr wa al-Muqabalah ringkasan buku lain untuk memudahkan pedagang-pedagang membacanya.
Al-Khawarizmi memperkenalkan beberapa simbol yang sistematik terutama angka sifar. Dan tidak bisa di pungkiri jadwal-jadwal al-Khawarizmi sangat turut membantu mempercepatkan sistem angka India ini terkenal di dunia. Mulai awal abad ke 5H/11M didapati penggunaan sistem angka baru secara meluas dalam penulisan sarjana-sarjana Islam. Dunia mengenal sistem nomor yang ada sekarang menerusi buku karya al- Khawarizmi yang diterjemahkan ke dalam bahsa Latin pada tahun 1120 bertajuk De Numero Indorum.  Serta tidak kalah pentingnya sitem notasi decimal yang digunakan pemikir dunia Barat Fibonacci, yang lebih dikenal dengan nama Leonardo da Pisa dalam penyusunan bukunya yang terkenal yaitu “Liber Abaci”.[6]
Al-Khawarizmi adalah pencari ilmu nombor sebagai warisan masyarakat Hindu, dan beliau belajar dari seorang sarjana Hindu bernama Kankah, dalam percubaan kali kedua. Sebelum itu beliau pernah meminta Kankah untuk mengajarinya, namun beliau ditolak. Dan dengan harapan yang tinggi beliau datang keduakalinya untuk belajar ilmu nombor, hingga akhirnya kankah bersimpati dan mengajarinya.
Pengetahuan yang beliau dapatkan dari Kankah, mendorongnya untuk melakukan Revolusi dalam bidang Matematika yang berkembang ketika zaman Kerajaan Abasiyah. Dan pencapaian paling ulungnya adalah memberikan nilai kepada angka “nol” sedangkan dalam system nombor Hindu, “nol” berarti tiada nilai. Dan hingga saat ini istilah yang bermakna kosong “nol” di pakai di semua belahan dunia Timur maupun Barat.
Gelar-Gelar Al-Khawarizmi
  1.  Bapak Algoritma
Istilah algoritma, mungkin bukan sesuatu yang asing bagi kita. Ditinjau dari asal-usul katanya, kata ‘Algoritma’ mempunyai sejarah yang agak aneh. Orang hanya menemukan kata Algorism yang berarti proses menghitung dengan angka Arab. Seseorang dikatakan ‘Algorist’ jika menghitung menggunakan angka Arab. Para ahli bahasa berusaha menemukan asal kata ini namun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal kata tersebut yang berasal dari nama seorang matematikawa muslim. Dialah Al Khuwarizmi dibaca orang barat menjadi Algorism. Algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. [7]
  1. Bapak Aljabar
Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul Al Mukhtasar fi Hisab Al Jabr wal Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan). Dalam buku itu diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajaran genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Buku itu diterjemahkan di London pada 1831 oleh F. Rosen, seorang matematikawan Inggris. Kemudian diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad, ahli matematika Mesir, pada 1939. Sebagian dari karya al-Khawarizmi itu pada abad ke-12 juga diterjemahkan oleh Robert, matematikawan dari Chester, Inggris, dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola (Buku Aljabar dan Perbandingan), yang kemudian diedit oleh L.C. Karpinski, seorang matematikawan dari New York, Amerika Serikat. Gerard dari Cremona (1114–1187) seorang matematikawan Italia, membuat versi kedua dari buku Liber Algebras dengan judul De Jebra et Almucabola (Aljabar dan Perbandingan). Buku versi Gerard ini lebih baik dan bahkan mengungguli buku F. Rozen.
Dalam bukunya, matematikawan muslim ini  memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa Arab disebut sifr. Sebelum Al Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti itu tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu, dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka Arab, termasuk angka nol), hasil penemuan Al Khuwarizmi. Dengan demikian, angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya, al-Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan kotangen.
Karya-karya  matematikawan muslim ini  sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki ”Bapak Aljabar.”
Bahkan, menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of Al Khawarizmi’s Algebra, Al Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan “Bapak Aljabar” dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada Al Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.
  1. Bapak Astronomi dan Geografi
Patung Al Khawrismi di depan Fakultas Matematika Universitas Tekhnologi Amrikabir, Teheran, Iran yang dulu ada di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Astronom muslim ini  juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku geografinya yang mahsyur adalah Kitab Surah Al Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab itu secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut  dikoreksi dan dibetulkan oleh Al Khawarizmi dalam bukunya Zij As Sindhind sebelum ia menyusun Kitab Surah Al Ard.
  1. Seni Musik
Al Khawarizmi juga seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni musik. Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia Latin.
Strategi Pengislaman Sains Matematik
Filofof islam pertama yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak al-Kindi (185H/801M-256H/869M) ternyata juga dikenal sebagai seorang matematikawan,[8] bahkan beliau pernah menulis kurang lebih empat risalah yang berkaitan dengan matematika, diantaranya “Risalah Fi Madkhal ila al-Aritmatiqi” (Buku tentang Ilmu Hitung) dan “Risalah al-Kammiyat al-Mudafah” (Buku Tentang Jumlah Relatif). Namun tidak bisa kita pungkiri sains matetatika selalu saja di acukan pada Dunia Barat, padahal Dunia Timur sudahlah jauh lebih berkembang dengan pesatnya, namun di satu sisi kita sering terjebak pada pengislaman sains matematik yang seharusnya berlandaskan dengan beberapa perkara yaitu, ia hendaklah berlandaskan tauhid, syariah dan akhlak.  Ini kerana ia perlu bagi tokoh-tokoh yang beragama Islam supaya melaksanakan setiap pekerjaan atau tugasan yang mengikut undang-undang Islam.
  1. Tauhid
Tauhid merupakan landasan falsafah matematik Islam sepertimana dengan ilmu-ilmu Islam yang lain.  Mengikut matlamat  Islam, semuanya Ayyatullah (tanda-tanda Allah) yaitu symbol kebesaran, kewujudan dan keEsaan Tuhan.  Ungkapan yang wujud sewajarnya mencorakkan kegiatan matematik.  Setiap falsafah dan epistemology sains matematik kita tidak harus diterima bulat-bulat tanpa syarat.
  1. Syariah
Berasaskan kepada undang-undang yang mengenali tindak tanduk semua masyarakat. Keharmonian dan tanggung jawab kepada umat dan hak diri.  Dari sudut ini, ahli matematik Islam yang cuba menyelesaikan masaalah yang melibatkan perbuatan hukum syariah seperti judi, riba dan mencabar kebenaran hakiki daripada agama samawi untuk memperkukuhkan lagi Institusi.  Oleh itu, matematik Islam hendaklah berkembang selari dengan keperluan manusia dan perkembangan ini juga harus di dalam sudut syariah.
  1. Akhlak
Ciri-ciri akhlak mulia hendaklah disemaikan kedalam matematik dan juga ia perlu dimasukkan kedalam ilmu-ilmu Islam yang lain agar manusia dapat menerapkan nilai murni.  Ilmu yang dipelajari contahnya akhlak yang terdapat dalam bidang matematik ini adalah penemuan aljabar yang melambangkan keadilan.  Ini kerana keadilan itu dituntut oleh agama Islam itu sendiri.  Melalui asas pradigma tauhid dan sya’iyah itu dapat memperkukuhkan lagi pembinaan akhlak.
Penerus Al-Khawarizmi
  1. Abu al-Hasan al-Uqlidisi, yang mana belaiu adalah orang yang menegmbangkan notasi decimal. Dan beliau pernah menulis sebuah buku berjudul “Al-Fusul al-Hisab al-Hindi” pada tahun 953 M.
  2. Ahmad an-Nasawi, adalah salah satu murid dari al-Khawarizmi dan beliau adalah orang yang pertama menguraikan pembagian pecahan dan mencarikan pangkat 2.
  3. Abu Kamil Suja al-Hasib al-Misri, beliau adalah salah satu murid dari al-Khawarizmi yang mengarang beberapa kitab, diantaranya “Fi al-Jam’wa at-Tafriq” (Pertambahan dan Pengurangan) dan “Al-Khata’ain (Dua Kesalahan)[9].
Karya Al-Khawarizmi
Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan, suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya, dan perlu di ketahui bukan hanya itu saja yang menjadi sumbangan beliau bagi ummat islam namun masih banayak yang lainnya, diantaranya:
  1. Karya Al-Khawarizmi yang pertama adalah kitab “Al-Jabar” yang dipublikasikan tahun 830 M. Nama Al-Jabar berasal dari al-Kitab “Al-Mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala” atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan” namun ada juga yang menyebutnya dengan judul “Buku Kesimpulan Proses Kalkulasi untuk Paksaan dan Persamaan”[10], buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12M tepatnya pada tahun 1831 M oleh F. Rosen, seorang matematikawan Inggris. Kemudian diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad, ahli matematika Mesir, pada 1939. Buku ini menjelaskan secara detil mengenai solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Buku Al-jabar dijadikan rujukan dan dipakai secara luas diseluruh dunia dari mulai dipublikasikan hingga sekarang. Nah karena jasanya Al-Khawarizmi dikenang dunia sebagai Bapak Aljabar.
  2. Karya beliau adalah buku “Dixit Algorizmi”. Karya spektakuler ini isinya tentang ilmu aritmatika. Namun sayang karya asli yang berbentuk bahasa arab ternyata sampai saat ini tidak ditemukan alias hilang. Dixit algiruzmi adalah terjemahan dari kitab Al-Khawarizmi yang dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath. Pada buku Dixit algorizmi (ditulis tahun825) kalkulasi dengan angka Hindu memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam per angkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de Numero Indorum.
  3. Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitab “Surat Al-Ardhi” atau “Buku Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan selanjutnya lebih dikenal dengan Geography. Kitab ini selesai dibuat padatahun 833. Kitab ini adalah revisi dan penyempurnaan konsep Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat kota-kota dan tempat geografis lainnya didunia. Naskah asli kitab ini masih tersisa satu dan tersimpan di perpustakaan Universitas Strasbourg Prancis. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah “Buku Pendekatan Tentang Dunia”, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius. Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
  4. Buku keempat beliau adalah kitab “Zij al-sindhind” (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang. Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Maritli (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
  5. Al-Khawarizmi juga menulis tentang Penanggalan Yahudi Risala “fi istikhraj taʾrikh al-yahud” (Petunjuk Penanggalan Yahudi). Buku ini menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur bulan Tishri dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Biruni dan Maimonides.
  6. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematik dan telah mengemukakan 800 buah soalan yang sebahagian daripadanya merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
  7. Sistem Nombor, Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem nombor pada zaman sekarang. Dan Sistem Nombor ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin iaitu De Numero Indorum.
  8. Karya lain Al-Khawarizmi yaitu beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik. Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’). Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolaboratorium. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitab ar-Rukhama dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.
Ini adalah contoh-contoh sebahagian beliau yang telah dihasilkan dalam penulisan karya dan ia telah menjadi popular serta dipelajari oleh semua masyarakat yang hidup di dunia ini.  Hasil Karya Al-Khawarizmi Sepertimana yang telah kita ketahui, Al-Khawarizmi dapat menghasilkan karya-karya agong dalam bidang matamatik.  Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam dan dikenali di Barat.

[1] Tamadun Islam dan Tamadun Melayu, Penerbit UM, hal. 143
[2] UNESCO, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Kebudayaan, ter. Bandung 1986, hal. 177
[3] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[4] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
[5] Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
[6] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 4, Pemikiran dan Peradaban, hal. 239
[7] KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia
[8] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 4, Pemikiran dan Peradaban, hal. 238
[9] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 4, Pemikiran dan Peradaban, hal. 239
[10] Sayyed Hossein Nasr, Sains dan Peradabandi Dalam Islam, hal. 138