Jumat, 20 September 2019

Konsep Worldview (pimpin.web.id)

https://pimpin.web.id/2015/02/28/konsep-worldview/#.XYWMgqRR3IU

Dewasa ini banyak kajian modern yang mencoba memahami Islam hanya sebatas agama, bukan sebagai pandangan hidup. Walhasil, Islam yang tadinya mencakup seluruh aspek kehidupan, yang kaya akan konsep-konsep seperti konsep tentang Tuhan, kehidupan, manusia, direduksi menjadi aspek ritual ibadah saja. Tidak boleh ada agama dalam pendidikan, politik, seni,  dan lain lain. Agama cukup disimpan di masjid. Jelas, pemikiran seperti ini lahir karena cara pandang (worldview) yang digunakan bukan cara pandang Islam. Worldview memegang peranan penting dalam menentukan pemikiran seseorang. Pemikiran ini yang kemudian mendasari tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika di level pemikiran sudah tidak benar, maka ada kemungkinan tindakannya akan ikut terpengaruhi. Lantas apa yang dimaksud dengan worldview?

Mari mengambil contoh yang sederhana. Bagaimana memilih pakaian, sesungguhnya terkandung konsep worldview di dalamnya. Ada yang mendasarkan pada adat istiadat, standar kepantasan manusia atau menurut batasan syar'i. Ada konsep yang membuat seseorang melakukan standarisasi, itulah yang disebut worldview, meskipun ia sendiri tidak mengerti definisi worldview tersebut. Seperti ungkapan Dr. Syamsudin Arif, untuk melakukan sekulerisasi, orang tidak harus paham apa itu sekulerisme, tapi untuk menghadang sekulerisme orang harus paham sekulerisasi. Contoh lain tentang jodoh, ada worldview-nya. Kata Rasul, wanita dinikahi karena empat hal: harta, kecantikan, nasab, agama. Menurut redaksi hadistnya, pilihlah karena agamanya. Ini bukan kriteria tapi prioritas. Contoh lagi terkait dengan kebahagiaan. Apakah bahagia itu karena uang, atau spiritualitas saja? Kalau kita menghadapi masalah, tidak lulus ujian misalnya, lantas depresi dan merasa paling menderita sedunia, berarti ada yang salah dengan konsep kebahagian kita.


Konsep worldview ini juga akan sangat menentukan pandangan kita tentang makna hidup. Menurut Barat, manusia ada terlebih dahulu, baru kemudian mencari arti hidup. Existence precede essence, eksistensi mendahului esensi. Sedangkan dalam Islam, tujuan hidup kita sudah ditentukan, yakni untuk beribadah kepada Allah, jadi esensi mendahului eksistensi. Sejak berada di alam ruh, manusia sudah mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya, saat ditanya "alastu birobbikum" dan menjawab “qolu balaa syahidna”. Jadi mengapa orang memilih sesuatu, ditentukan oleh sekumpulan konsep yang ada di pikirannya baik disadari ditanamkan atau tidak sadar tertanam.


Menurut Ninian Smart, worldview  adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral”. Sedangkan Thomas F Wall mengemukakan bahwa worldview adalah sistem kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri kita, realitas, dan tentang makna eksistensi (An integrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence).1. Prof. Alparslan dalam bukunya The Framework for a history of Islamic philosophy menyatakan bahwa, “worldview is the foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview2. Beliau mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktifitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup.


Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh Ust.Hamid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains, hakekat worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm Shift) Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung Revolution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan metodologi-metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework konseptual yang diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara  suatu peradaban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor penting dalam aktifititas penalaran manusia3.


Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam islam. Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.


Manurut al-Mawdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.4


Shaykh Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah  (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal. Iman kepada hal-hal yang ghaib……..itu  berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.5 Sayyid Qutb mengartikan al-tasawwur al-Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu.6 Al-Attas mengartikan worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud)7


Pandangan-pandangan tersebut telah cukup merefleksikan apa yang disebut dengan pandangan hidup islam. Hanya para ulama berbeda fokus dalam pelaksanaannya. Ada yang lebih menekankan pada politik, ideologi, atau metafisik dan epistimologis.


Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu pengetahuan. Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada wahyu.


Elemen-elemen worldview


Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview atau pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang pembahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut bersifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,


It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important element in any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to believe that there is a plan and a meaning of life, ……if we are consistent, we will also believe that the source of moral value is not just human convention but divine will and that God is the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be of more than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural world. …….if on the other hand, we believe that there is no God and that there is just this one world, what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature of ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility and so on.” 8


Kepercayaan terhadap Tuhan sangat penting, mungkin elemen yang terpenting dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa Tuhan itu wujud, maka kita  tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna hidup….jika kita konsisten, kita juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah hanya sekedar kesepakatan manusia tapi kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah nilai Tertinggi. Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu pengetahuan itu lebih dari apa yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi  –  dunia supranatural. …..jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan bahwa yang ada hanya  dunia ini, maka  demikian pulalah kira-kira yang akan kita percayai tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul standar moralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.


Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.


Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an), Konsep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll.9 Disini Prof. al-Attas menekankan pada pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik dan menyeluruh. Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang karakteristik pandangan hidup Islam sebagai berikut.


Dalam pandangan hidup Islam, realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kepada kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan yang tidak nampak (invisible world).

Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (integral). Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam menggunakan metode yang tidak dikotomis, yang membedakan antara obyektif dan subyektif, historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.

Pandagan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh agama (din) dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan hidup Islam telah sempurna dan dewasa sejak lahir

Elemen-elemen pandangan hidup Islam menentukan bentuk perubahan (change), perkembangan (development) dan kemajuan (progess) dalam Islam. Elemen-elemen dasar ini berperan sebagai tiang pemersatu yang meletakkan sistim makna, standar tata kehidupan dan nilai dalam suatu kesatuan sistim yang koheren dalam bentuk worldview

Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu konsep tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun kesamaan-kesamaan beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam dan agama lain tidak kemudian berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal seperti yang diserukan oleh kelompok yang mengusung ide Transendent Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya berbeda.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam adalah Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam (wordview) yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih dalam mengenai The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep kunci dalam pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework  pemikiran setiap muslim. Dengan demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai dengan pandangan hidup Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau sebaliknya membahayakan keimanan. (Linoharsih Khaerunnisa/PIMPIN)


Referensi:


Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, a Modern Introduction. Wadsworth, Thomson Learning, Australia, 2001: 532. dalam Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan Hidup Islam. 2013. Artikel. Sumber http://hamidfahmy.com/pandangan-hidup-islam-islamic-worldview

Alparslan Acikgence, "The Framework for A history of Islamic Philosophy", Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civilization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6.)

Hamid Fahmi Zarkasyi, Islam sebagai Pandangan Hidup. Makalah, Daurah Nasional Pembinaan Ilmuwan Islam “Dari Pendidikan Menuju Kebangkitan, Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 3-4 Juli, 2013

Al-Mawdudi, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967) 14, 41. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

Shaykh Atif al-Zayn, al-Islam wa Idulujiyyat al-Insan, Dar al- Kitab al-Lubnani, Beirut, 1989, hal. 13. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

Sayyid Qutb, Muqawwamat al-Tasawwur al-Islami, Dar al-Shuruq, tt. Hal. 41. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]

M.N, al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam, An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC, 1995:2

Thomas F Wall, Thinking Critically... [1]

M.N, al-Attas, “The Worldview of Islam, An Outline, Opening Adress”, dalam Sharifah Shifa al-Attas ed. Islam and the Challenge of Modernity, Proceeding of the inaugural Symposium on Islam and the Challenge of Modernity: Historical and Contemporary Context, Kuala Lumpur Agustus, 1-5, 1994, ISTAC, Kuala Lumpur, 1996, hal. 29. Dalam Hamid Fahmi Zarkasy, Islam sebagai… [3]