Selasa, 17 Mei 2016

Arsitektur dalam Ayat Al-Quran

 Arsitektur dalam Ayat Al-Quran

http://hilwanazira.blogspot.co.id/2013/12/arsitektur-dalam-ayat-al-quran.html

Penerapan Al-Quran dalam Konsep Arsitektur

BAB 1

1. Pendahuluan
a.   Latar belakang

Arsitektur adalah sesuatu yang muncul dengan didasari sebuah alasan yang dapat menguatkan posisinya sebagai media aktualisasi sehingga akhirnya tercipta sebuah lingkungan binaan yang kondusif untuk ditempati. Dapat dikatakan bahwa arsitektur lahir sebagai jawaban atas sebuah keadaan yang mendukung untuk keadaan yang lebih baik dan juga dinamisasi manusia. Sebagai contoh rumah pada jaman dahulu dan sekarang sangat berbeda mengingat tingkat kebutuhan, fungsi dan juga jarak pandang mereka yang terbatas menjadi alasan utama perbedaan tersebut. Begitu juga alam yang sengaja diciptakan Tuhan dengan demikian sempurna dan sangat teratur, tentunya dibalik semua itu ada sebuah maksud atau pelajaran yang dapat diambil sebagai sebuah pelajaran.
Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman ketika berada didalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak lebih dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.
Sebagian dari umat islam yang mempunyai tujuan hidup untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi, maka sudah seharusnya lah kita sebagai seorang calon arsitek muslim memperhatikan keberlangsungan lingkungan sekitar dalam pembuatan hasil rancangan kita. Agar kita tidak menjadi seorang arsitek yang berdarah dingin, yang acuh tak acuh dengan sekitarnya. Al Quran sebagai pedoman hidup sepanjang masa pun ternyata menunjang hal-hal yang termasuk didalamnya adalah dunia arsitektur.

b.    Tujuan
Untuk dapat menerapkan suatu rancangan bangunan yang sesuai dengan kaidah islam yang sesuai dalam alquran, yang berada dilingkungan sekitar kita tanpa adanyanya unsur ketinggalan jaman. Selain itu, untuk mengantarkan pembaca kepada pemahaman bahwa di dalam setiap ciptaan Allah SWT terdapat banyak sekali hikmah dan makna yang dapat diterapkan dalam dunia keilmuan arsitektur

BAB 2
2.      Pembahasan
a. Analogi Arsitektur di Dlam Al-Quran

Al-Qur’an sebagai kitab pedoman utama kehidupan, sesungguhnya merupakan lautan hikmah dan pelajaran yang tak terkira tepi dan dasarnya. Al-Qur’an menjadi inspirasi dan dasar bagi penulisan begitu banyak buku sesudahnya. Tidak tercatat dalam sejarah, sebuah kitab pun yang dapat menandingi al-Qur’an dalam hal ini. Berjuta buku yang telah ditulis berdasarkannya pun tak sanggup menguraikan isi dan kandungan al-Qur’an secara menyeluruh. Hal ini disebabkan isi dan kandungannya yang begitu luas dan dalam untuk diselami. Karenanya, setiap usaha untuk mengambil pelajaran dan memperoleh hikmah dari sebagian kecil isi dan kandungan al-Qur’an pun akan sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan dan peningkatan kesadaran kita sebagai makhluk Allah swt.
Salah satu contoh perumpamaan atau analogi arsitektur terdapat pada surat At-Taubah ayat 109, yang artinya:
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. at-Taubah [9]:109)
 Dalam ayat di atas, Allah swt. membuat perumpamaan tentang keadaan orang-orang yang zalim dengan orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh. Perumpamaan ini membawa orang yang membacanya untuk membayangkan secara langsung, betapa sia-sia perbuatan mendirikan bangunan di tepi jurang dan betapa perbuatan itu sebenarnya membahayakan dirinya sendiri.
Contoh lain dari analogi ini, adalah pemaparan al-Qur’an di dalam surat An-Naml ayat 44 tentang kekaguman Ratu Saba ketika memasuki istana Nabi Sulaiman.
“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.” (QS. an-Naml [27]:44)
Di dalam ayat ini, dideskripsikan kemajuan teknologi bangunan yang telah dicapai di masa lalu. Penggunaan kaca sebagai bahan lantai, sehingga menampilkan kesan seperti air, mencerminkan teknik konstruksi dan karya seni yang sangat mengagumkan, bahkan sampai saat ini. Dengan demikian, kita lalu dapat menepis anggapan bahwa orang masa kini lebih pintar dari orang di masa lalu.
Selain itu, ayat ini juga memberikan pelajaran kepada manusia tentang betapa setiap kekaguman terhadap keindahan dan nilai-nilai estetika arsitektur seharusnya bermuara pada kesadaran dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. sebagai pemilik segala keindahan dan keagungan. Setiap arsitek muslim harusnya menyadari bahwa segala kemampuannya mengelola keindahan itu tidak lain dikarenakan karunia Allah kepadanya. Karenanya, semangat yang terbangun harusnya terjaga dari keinginan untuk menonjolkan dan menyombongkan diri dengan karya arsitektur yang dihasilkannya.
Beberapa ayat lain di dalam al-Qur’an juga menceritakan betapa majunya peradaban dan teknologi yang telah dicapai oleh bangsa-bangsa yang telah lalu. Al-Qur’an mendeskripsikan tentang kota ’Iram yang memiliki tiang-tiang yang tinggi, kaum Tsamud yang memahat tebing-tebing yang tinggi untuk dijadikan bangunan, serta Fir’aun dan arsiteknya Haman yang membuat bangunan yang tinggi. Lebih jauh, al-Qur’an juga memaparkan tentang bagaimana akhir peradaban bangsa-bangsa itu. Bekas-bekas peninggalan kota-kota itu bahkan masih dapat kita lihat dan temui saat ini.
 “Itu adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.” (QS. Huud [11]:100)
Hal ini memberikan sangat banyak pelajaran kepada manusia. Pelajaran pertama yang dapat diambil, adalah bahwa tidak ada kebesaran yang dapat bertahan terhadap kehancuran di dunia ini. Kita dapat melihat peninggalan peradaban bangsa Mesir, Mesopotamia, Yunani, Romawi, China, India, Inca, Maya, dan sebagainya, yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Sehebat apapun peradaban yang dibangun, selalu terdapat siklus yang dilalui, yaitu kelahiran, perkembangan, puncak kemajuan dan masa kemunduran. Hal ini menunjukkan kepada manusia, bahwa hidup di dunia ini sesungguhnya teramat singkat jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat kelak. Penyalahgunaan nikmat Allah SWT untuk bermegah-megahan dan hidup dalam kemewahan mengakibatkan manusia lalai dan menganggap kehidupan di dunia ini abadi. Karenanya, sembari mensyukuri segala karunia di dunia ini, manusia hendaknya tidak melupakan tujuan utamanya untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal di akhirat kelak.
Pelajaran kedua yang dapat diambil dari kisah-kisah itu, adalah bahwa setinggi apapun kecerdasan dan kepintaran manusia, jika dibarengi dengan kesombongan dan pengingkaran akan nikmat dan perintah Allah swt., maka akan mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan terhadap manusia itu sendiri.
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.” (QS. ar-Ruum [30]:9)

Peninggalan-peninggalan peradaban bangsa terdahulu di bidang arsitektur sangat banyak tersebar di muka bumi. Situs-situs purbakala ini dilestarikan dengan baik sebagai salah satu sumber ilmu sejarah, budaya, arkeologi, dan sebagainya. Perkembangan penemuan-penemuan di bidang arkeologis dan sejarah ini tentu bukanlah suatu kebetulan semata. Allah swt. telah menjadikannya sebagai bukti-bukti nyata yang dapat dilihat oleh manusia-manusia yang datang kemudian, agar mereka menjadikan semua itu sebagai bahan pelajaran dan peringatan.

“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]:66).

b. Konsep dasar  teori  Atsitektur
Selain beberapa contoh analogi arsitektur di dalam al-Qur’an diatas, dapat kita temui pula pada tataran konseptual. Dalam dunia arsitektur, secara umum dikenal sebuah konsep dasar yang dicetuskan oleh Vitruvius, seorang arsitek yang hidup di zaman Romawi, untuk menilai sebuah obyek arsitektur. Konsep dasar ini terdiri dari tiga unsur utama, yaitu kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas) dan keindahan (venustas). Alam semesta dan segala yang ada di dalamnya ternyata mengandung nilai-nilai kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas) dan keindahan (venustas) yang sangat sempurna. Pelajaran ini bahkan dapat diperoleh dari ciptaan-ciptaan Allah SWT yang seringkali dianggap remeh oleh manusia, seperti lebah, semut dan laba-laba.

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”.” (QS. An-Naml [27]:18)

Sarang-sarang mereka dianggap lemah dan tidak berarti oleh manusia, sehingga seringkali manusia merusaknya, dengan sengaja ataupun tidak, tanpa rasa berdosa. Padahal, di balik setiap penciptaan mereka terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat besar, bahkan bagi perkembangan keilmuan arsitektur saat ini. Di dalam sebuah sarang lebah madu misalnya, terdapat sebuah perhitungan matematis yang sangat akurat tentang optimalisasi pembentukan ruang dari segi bahan baku dan volume ruangan. Sementara itu, di dalam sebuah sarang semut terdapat mekanisme pengaturan panas dan sterilisasi ruang, seperti yang dibutuhkan di dalam perancangan sebuah rumah sakit. Lebih jauh, dari rumah-rumah laba-laba yang kita anggap lemah, ternyata kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai prinsip struktur kabel yang kuat menahan beban tarik.
Pada ayat-ayat dibawah ini kita bisa mengambil konsep dasar untuk membuat konsep perancangan yang lebih baik dan tidak merusak lingkungan.
A.  Ayat pertama
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui “( al-baqoroh : 22)
Dalam merancang, aspek vegetasi merupakan menjadi prioritas utama yang harus kita dipikirkan. Selain mengurangi suhu disekitarnya hingga 1-2◦c vegetasi merupakan view naturalis yang sangat indah untuk menghiasi sebuah tempat mukim. Yang menjadi pembahasan adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan vegetasi bukan hanya sebagai penyejuk lingkungan, tetapi bisa juga untuk diambil keuntungan darinya. Oleh karena itu hendaknya kita menanami pepohonan yang menghasilkan buah dan bisa dinikmati buahnya, sehingga tidak hanya menjadikan tempat mukim sejuk,tetapi juga bisa memberikan manfaat kesehatan bagi orang yang bermukim.
B.  Ayat kedua
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (an-nisa’ : 176)
Islam adalah agama yang sarat dengan etika moral dalam segala aspek kehidupan,lantas adakah etika yang berhubungan dengan arsitektural….? menjaga silaturrahim yang baik terhadap tetangga merupakan etika moral yang bisa kita kembangkan kearah arsitektural, contohnya dengan penggunaan pembatas rumah atau pagar yang tidak berlebihan/terlalu tinggi
C.  Ayat ketiga
“Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “( At-taubah 110 )
Ayat ketiga lebih mengarah kepada aspek psikis yang terjadi sekarang. Ayat ini menjelaskan tentang mereka yang mendirikan bangunan tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya sehingga mereka merasa ragu dan was-was dikarenakan dampak yang terjadi karena ulah mereka sendiri.
c.  Berpadunya Arsitektur dan Alam Sekitarnya
Arsitektur dan alam sekitar yang coba berpadu didalam konsep Green Architecture juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan, adalah sebuah usaha dari para praktisi di dunia arsitektur untuk membantu membuat bangunan yang lebih ramah lingkungan tanpa  meninggalkan segi-segi estetis yang menjadi ciri khas arsitektur.
Sebagai bagian dari umat islam yang mempunyai tujuan hidup untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi, maka sudah seharusnya lah kita sebagai seorang calon arsitek muslim memperhatikan keberlangsungan lingkungan sekitar dalam pembuatan hasil rancangan kita. Agar kita tidak menjadi seorang arsitek yang berdarah dingin, yang acuh tak acuh dengan sekitarnya. Al Quran sebagai pedoman hidup sepanjang masa pun ternyata menunjang hal-hal yang termasuk didalamnya adalah dunia arsitektur.

Berikut ini, beberapa ayat Al Quran yang coba kami tafsirkan dan kaji lebih dalam akan keterkaitannya dengan arsitektur :
1.       Surat Al-Hijr ayat 45-48
“ Sesungguh orang-orang yang bertakwa itu dalam taman-taman surga dan (dekat) mata air (yang mengalir). Dikatakan kepada mereka, masuklah kedalamnya dengan sejahtera dan aman. Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan, mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.”
Dalam ayat tersebut menjelaskan suatu bangunan menghadirkan suatu  dikelilingi oleh taman, adanya air mancur dan airnya yang mengalir, serta pepohonan yang bisa dipetik buahnya. Aliran air sengaja dibuat untuk menciptakan suasana aliran sungai seperti yang digambarkan di dalam AL-QURAN. Selain itu bangunan ini juga ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan efek negatif pada lingkungan sekitarnya.
2.       Surat Yunus Ayat 5
 “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui” .
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa dalam menciptakan bangunan seorang arsitek harus memikirkan keadaan dan musim bulan dan matahari agar dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan, Radiasi panas agar thermal bangunan dapat disesuaikan. Selain itu pencahayaan yang akan didapatkan bangunan harus juga diperhatikan.
3.       Surat Al Fajr Ayat 7
“(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi” .

                   Ayat diatas menjelaskan tentang bangunan-bangunan tinggi (pencakar langit) yang dilakukan oleh penduduk di masa lampau yang pada akhirnya diabadikan dalam ayat-ayat Al Quran. Bangunan diatas termasuk kedalam jenis bangunan Lighting Architecture, dimana pencahayaan alami yang didapatkan dari matahari adalah sumber utama energinya yang kemudian dipergunakan untuk memfasilitasi seluruh aktivitas manusia didalamnya. Bangunan diatas terletak di Dubai,  Uni Emirat Arab.
4.       Surat Al Isra Ayat 73
” Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Kemewahan-kemewahan bangunan rumah yang ditampilkan oleh para pembesar kerajaan arab saudi beserta anak-anaknya pada zaman sekarang, ternyata bukanlah hal yang baru. Sebelumnya AlQuran pun pernah menyebutkan. Bahwa ternyata hal ini pun  pernah terjadi pada masa lampau. Tidak ada hal yang menarik dari gambar yang kali ini diposting. Hanya ingin menanpilkan keterkaitan atas apa yang tertulis dalam Al Quran dan yang terjadi pada kehidupan nyata.

BAB 3
3.   Penutup
a.   Kesimpulan
Surga adalah kenikmatan tertinggi dan balasan yang diinginkan bagi setiap manusia ketika nanti berada di alam akhirat. Dalam Al quran, Allah menjanjikan kepada orang beriman balasan surga yang didalamnya akan dibangun rumah-rumah yang indah. Bayangan rumah-rumah indah itu adalah rumah-rumah yang asri, penuh tanaman dan pepohonan disekitarnya.
Oleh karena itu kita harus memperhatikan kondisi dan keadaan alam sekitar. Dan vegetasi sudah seharusnya lah banyak kita masukkan sebagai bagian dari rancangan yang akan kita buat.
Dalam tataran hikmah, pemaknaan obyek arsitektur ternyata bukanlah sekedar pemaknaan akan kekokohan, kegunaan dan keindahan semata. Pemaknaan lebih dalam, sebenarnya adalah pemaknaan yang mengantarkan manusia kepada kesadaran yang lebih tinggi (transendensi) akan keesaan dan kebesaran Allah SWT. Pada akhirnya, keilmuan menjadi penguat dan penegak keyakinan agama. Insya Allah.
Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara tersebut. Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat dihadirkan satu kekayaan khazanah arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa manusia pada rahmatan lil alamin.

b.  Saran
Fenomena yang terjadi sekarang adalah pembangunan yang terlalu mementingkan keuntungan semata tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Sehingga dampak yang kita rasakan adalah suasana yang kurang bersahabat.
Oleh karena itu kita harus lebih berpikir kedepan dengan keadaan lingkungan sekitar kita. Sehingga kenyamanan alam dapat dirasakan 100 bahkan sampai 1000 tahun yang akan datang insyaallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar